Tuesday, December 7, 2010

KATA- KATA BIJAK



Kebiasaan di ulang

iDi Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah.

Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.

Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.

Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, “Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?”

Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, “Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih.”

Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, “Tunggu sebentar!” Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!

Panglima dan rakyat tercengang. Merela bersorak sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya, “Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian.”



8 Pertanda jodoh anda


Dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap matanya, kita akan merasakan getaran dan seolah ingin terus bersamanya. Benarkah seperti itu? Lalu, apakah ada penanda lainnya Agar seseorang bisa merasakan bahwa si dia jodoh kita atau bukan?

Nah, agar Anda tak terus penasaran, berikut ini pakar relationship sekaligus penulis buku 21 Ways to Attract Your Soul Mate, Arian Sarris memberikan rahasianya:

Pertanda 1

Rahasia sepasang kekasih agar bisa memiliki umur hubungan yang panjang adalah adanya saling berbagi. Anda dan dia selalu bisa saling membantu, entah itu pekerjaan sepele atau besar. Paling penting adalah Anda berdua selalu bisa menikmati segala aspek kehidupan secara bersama-sama. Dan semuanya terasa amat menyenangkan meskipun tanpa harus melibatkan orang lain. Nah, apakah Anda sudah merasakan hal tersebut? Jika ya, selamat berarti ada harapan bahwa dia adalah calon pendamping hidup Anda!

Pertanda 2

Salah satu kriteria yang menentukan cocok tidaknya dia itu jodoh Anda atau bukan adalah kemampuannya bersikap santai di depan Anda. Coba sekarang perhatikan, apakah gerak geriknya, caranya berpakaian, gaya rambutnya, caranya berbicara serta tertawanya mengesankan apa adanya? Apakah setiap ucapannya selalu tampak spontan dan tidak dibuat-buat? Jika tidak, (maaf) kemungkinan besar dia bukan jodoh Anda.

Pertanda 3

Adanya kontak bathin membuat hati Anda berdua bisa selalu saling tahu. Dan bila Anda atau si dia bisa saling membaca pikiran dan menduga reaksi serta perasaanya satu sama lainnya pada situasi tertentu. Selamat! Mungkin sebenarnya dialah belahan jiwa Anda yang tersimpan…

Pertanda 4

Bersamanya bisa membuat perasaan Anda menjadi santai, nyaman tanpa perasaan tertekan. Berjam-jam bersamanya, setiap waktu dan setiap hari tak membuat Anda merasa bosan.. Ini bisa sebagai pertanda bahwa Anda berdua kelak bisa saling terikat.

Pertanda 5

Dia selalu ada untuk Anda dalam situasi apapun. Dan dia selalu bisa memahami cuaca dalam hati Anda baik dalam suka dan duka. percayalah pasangan yang berjodoh pasti tak takut mengalami pasang surut saat bersama. Sekarang, ingat-ingat kembali. Apakah dia orang pertama yang datang memberi bantuan tatkala Anda dirundung musibah? Dia selalu paham saat PMS Anda datang menyerang? Dia tau keadaan waktu anda sakit………Jika ya, tak salah lagi. Dialah orangnya…

Pertanda 6

Dia tak terlalu peduli dengan masa lalu keluarga Anda, dia tak peduli dengan masa lalu Anda saat bersama kekasih terdahulu. Dia juga tak malu-malu menceritakan masa lalunya.. Nah, kalau begitu ini bisa berarti dia sudah siap menerima Anda apa adanya..

Pertanda 7

Setiap orang pasti memiliki kekurangan, dan Anda tak malu-malu memperlihatkannya pada si dia. Bahkan pada saat Anda tampil ‘buruk’ di depannya sekalipun, misalnya saat Anda bangun tidur atau saat Anda sakit dan tak mandi selama dua hari.

Pertanda 8

Bila Anda merasa rahasia Anda bisa lebih aman di tangannya daripada di tangan sahabat-sahabat Anda. Atau Anda merasa sudah tak bisa lagi menyimpan rahasia apapun darinya, maka berbahagialah! Karena ini bisa berarti pasangan sejati telah Anda temukan! Apakah kedelapan pertanda di atas telah Anda temukan padanya?

Sumber: 8 Pertanda bahwa si Dia adalah Jodoh Anda oleh Arian Sarris, penulis buku ‘21 Ways to Attract Your Soul’





Quantcast

Quantcast

Kesalahan adalah Training

Anton, seorang eksekutif sebuah perusahaan telah melakukan kesalahan fatal. Ia telah salah menggunakan strategi sehingga mengakibatkan kerugian perusahaan milyaran rupiah. Karena ia sangat perofessional maka ia memutuskan menghadap pimpinannya, mengakui segala kesalahannya dan sekaligus mengajukan surat pengunduran diri. “Pak, saya telah merugikan perusahaan dan saya akan mengundurkan diri mulai besok.” katanya.

“Anton,” kata atasannya, “Selama ini saya memang tidak menganggarkan biaya training untuk para pembantu saya selain staff. Saya anggap kerugian milyaran ini adalah biaya trainingmu, karena saya tahu kamu pasti belajar banyak dari kesalahanmu. Ambil surat pengunduran dirimu itu dan kembali bekerja seperti biasa.”

Tentu Anton terkejut mendengar respons atasannya itu. Sambil berkali-kali mengucapkan terimakasih, Anton kembali ke tempat duduknya. “Sangat bijak boss satu ini,” katanya. “Tapi benar juga apa yang dikatakan boss bahwa proses development tidak hanya dilakukan melalui training formal, development bahkan terjadi juga pada saat kita melakukan pekerjaan sehari-hari. Setiap kesalahan adalah training yang sangat mahal harganya.”


Quantcast

Nilai Sepuluh Bagi Tina

“Tina, cewek berusia 17 tahun, Ia ramah, dan selalu menebar senyum ceriahnya. Tapi, Tina adalah seorang penderita “cerebral palsy”, sejenis kelainan tubuh, dimana beberapa bagian otot-otot tubuhnya kaku dan lumpuh. Karena kelainan ini pula, ia mengalami kesulitan untuk berbicara. Ia harus menggunakan alat bantu untuk menerobos hiruk-pikunya lorong sekolah.

Orang-orang agak enggan berbicara dengannya, mengapa ? Entahlah, mungkin karena ia kelihatan ‘berbeda’ dan siswa-siswa tidak tahu atau canggung untuk mendekatinya. Tetapi Tina adalah orang yang ramah. Ia tidak pernah bosan berkata “Hai” dengan orang-orang yang ditemuinya di lorong.

Tugas hari ini ialah menghafal puisi yang berjudul “Jangan Putus Asa”. Bobot nilai tugas ini hanya 10, berbeda dengan tugas-tugas lain seperti Quis- yang biasanya aku beri bobot 100 di kurikulum sekolah. Aku jadi ingat sewaktu sekolah dulu, jika ada guru yang memberi tugas dengan bobot nilai 10, pasti aku menganggapnya remeh ..yah karena itu tidak begitu penting, dan tidak berpengaruh banyak pada nilai indeks akhir semesterku.

Hari ini aku – seorang guru di sekolah ini – melihat Tina di kelasku untuk mengikuti tugas yang aku berikan pada murid-muridku. Aku menemukan ada yang lain pada dia.. ya ! dibalik senyum cerahnya itu ia seperti menyimpan kekhawatiran.. “Tidak usah cemas Tina” Kataku pada diri sendiri, “Bobot nilainya cuma 10.”

Aku mulai melaksanakan tugas yang aku berikan pada murid-muridku. Satu-per-satu mereka maju ke depan kelas – untuk mengucapkan puisi tanpa teks. Dan dapat kuduga, sebagian besar dari mereka ‘lupa’ atau hanya bisa menghapal sepotong dua potong kata dari puisi tersebut. Yah.. mereka juga tahu bahwa bobot nilai tugas ini hanya sedikit, dan aku tahu, mereka tidak begitu serius mempelajarinya.

Aku mulai bergurau pada mereka, “Jika ada yang masih tidak hapal, Bapak akan langsung suruh kalian push up 10 kali !”. Ya, ini hanya gurauan, dan seisi kelas pun tertawa karena ‘kekesalanku’ ini.

Aku tidak sadar, ternyata yang mendapatkan giliran maju ke depan kelas berikutnya adalah Tina.

Sepatah demi sepatah Tina mulai mengucapkan bait-bait puisi tersebut. Dan belum sampai akhir bait kedua… Ia mulai lupa. Sebelum aku mulai berkata, tiba-tiba Tina melempar alat bantu jalannya dan mulai mengambil posisi push up. Aku terkejut setengah mati, dan spontan berkata, “Tina, aku hanya bercanda !” Tina pun merangkak mengambil alat bantunya, kemudian – dengan bantuanku ia berdiri lagi, meneruskan puisinya.

Dan, Tina berhasil mengucapkan puisi itu secara sempurna ! tidak lupa sama sekali. Dia adalah salah satu diantara 3 muridku yang bisa mengucapkan puisi itu secara sempurna.

Ketika selesai berpuisi, salah satu murid bertanya padanya, “Tina, mengapa engkau bersikeras melakukannya ? Bukankah bobot nilainya cuma 10 ?” Tina memerlukan sedikit waktu sebelum menjawab, “Karena aku ingin seperti kalian, normal !”

Keheningan mulai menyelimuti seluruh kelas. Semua tiba-tiba diam – termasuk aku. Kesunyian ini pecah saat ketika seorang siswa berkata, “Tina, sejujurnya kami juga tidak normal, kami hanya anak-anak biasa, sering sekali berbuat kesalahan.”

“Aku tahu, ” Jawab Tina dengan senyum lebar menghias wajahnya.

Tina memperoleh nilai maksimal saat itu, Sepuluh ! dari bobot nilai yang sebesar 10 juga. Ia juga mendapatkan rasa sayang dan hormat dari teman-teman sekelasnya. Aku tahu betul, baginya, itu jauh lebih berharga dibandingkan nilai yang cuma berbobot sepuluh itu.



Quantcast

Sopan Santun

Seorang pensiunan guru berjalan menuju kasir di K-Mart, supermarket yang lumayan terkenal di kota itu. Kaki kirinya terasa sakit, ia berharap tidak lupa untuk meminum semua pilnya tadi pagi. Satu pil untuk tekanan darah tinggi, satu pil untuk pusing-pusing, dan satu pil lagi untuk penyakit rematiknya yang kadang kambuh.

“Syukurlah aku telah pensiun beberapa tahun lalu” katanya kepada diri sendiri. “Masihkah aku kuat mengajar anak-anak sekarang ?”

Begitu tiba di depan antrian kasir yang penuh, ia melihat seorang lelaki dengan empat orang anak beserta istrinya yang hamil. Mantan guru itu tidak dapat melepaskan pandangannya dari tato di leher orang itu. “Pasti ia pernah dipenjara”, pikirnya.

Ia terus memperhatikan penampilan pria itu. Dari cara pria itu berpakaian, mantan guru itu berkesimpulan bahwa ia adalah seorang anggota geng. Mata pensiunan tua itu tambah terperanjat ketika melihat kalung yang dikenakannya, bertuliskan “Parlson” – pasti ini adalah nama orang itu. Parlson dikenal sebagai kepala geng di daerah itu, tidak ada satupun orang yang berani padanya. Ia dikenal sebagai orang yang tidak ramah.

Sewaktu Parlson datang ke rombongan antrian, spontan orang-orang menyediakan tempat kepada dia untuk antri terlebih dulu. Setelah Parlson hampir tiba di antrian terdepan, matanya tertuju pada mantan guru itu.

“Silahkan Anda lebih dulu” mantan guru itu berkata.

“Tidak, Anda yang harus lebih dulu..” balas lelaki itu.

“Tidak, anda membawa istri dan banyak anak, anda harus antri lebih dulu” kata mantan guru itu kepada Parlson.

“Kami sangat menghormati orang tua..” tegas lelaki itu. Dan bersamaan dengan itu, dengan gerak tangannya yang sangat sopan, ia menyilahkan wanita tua itu untuk mengambil tempat didepannya.

Seulas senyum tergurat pada bibirnya ketika sang mantan guru lewat di depan lelaki itu. Tetapi sebagai seorang yang berjiwa guru, ia tidak dapat melewatkan kejadian istimewa ini begitu saja. Mantan guru itu lalu berpaling ke belakang.

“Anda sopan sekali.. terima kasih, siapa yang mengajarkan ini kepada Anda ?”

Dengan sikap yang sangat hormat, lelaki itu berkata, “Tentu saja Anda, Ibu Simpson, sewaktu saya masih kelas tiga dulu.”

Lelaki itu kemudian mengambil sikap menunduk dengan hormat – lalu pergi menuju antrian yang paling belakang.



Tetaplah lapar, tetaplah bodoh

Saya merasa terhormat bersama dengan kalian semua pada hari inaugurasi (hari pertama mahasiswa baru) di salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak berhasil menyelesaiakn studi saya di universitas ini. Hari ini saya ingin berbagi 3 cerita dalam hidup saya. Hanya itu, bukan masalah besar, 3 buah cerita.

Cerita pertama adalah mengenai menghubungkan sang titik.

Saya drop out dari Reed College setelah 6 bulan pertama, namun saya mencoba bertahan untuk masuk kembali selama 18 bulan atau lebih sebelum akhirnya saya benar-benar berhenti. Lalu mengapa saya drop out ?

Ini dimulai sejak saya belum dilahirkan. Ibu biologis saya sangat muda, mahasiswa universitas yang belum menikah, dan kemudian dia memutuskan agar saya diadopsi. Dia merasa sangat perlu agar saya diadopsi oleh mereka yang berpendidikan / di wisuda, jadi semua sudah diatur sedemikian rupa agar saya diadopsi oleh seorang pengacara dan istrinya. Lalu ketika saya dilahirkan, tiba-tiba mereka membatalkan rencana tersebut karena menginginkan seorang bayi perempuan. Jadi orang tua saya, yang ada dalam daftar tunggu, di telepon di tengah malam : “Kami memiliki bayi laki-laki yang tidak diharapkan sebelumnya; kamu menginginkannya ?” Mereka berkata : “Tentu”. Ibu biologis saya kemudian mengetahui bahwa ibu adopsi saya tidak pernah lulus universitas dan ayah adopsi saya bahkan tidak lulus dari SMA. Dia menolak untuk menandatangani surat adopsi. Dia hanya bertahan beberapa bulan sampai akhirnya orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya ke universitas.

Dan 17 tahun kemudian saya memang masuk universitas. Tapi secara naif saya memilih universitas yang hampir semahal Stanford, dan semua tabungan orang tua saya selama ini langsung habis untuk membayar biaya masuk universitas. Setelah 6 bulan, saya juga tidak melihat adanya nilai dari sebuah universitas. Saya tidak pernah tahu apa yang saya inginkan dalam hidup saya dan tidak ada ide bagaiman a sebuah universitas dapat membantu saya mengetahui keinginan saya. Dan disini saya hanya menghabiskan semua tabungan orang tua yang telah mereka tabung seumur hidup. Jadi saya memutuskan untuk drop out dan percaya bahwa semua akan berjalan baik baik saja. Sangat menyeramkan waktu itu, tapi melihat ke belakang itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat. Begitu saya drop out saya bisa berhenti mengambil kelas yang tidak menarik untuk saya, dan mulai mengambil kelas yang kelihatannya menarik.

Reed College pada waktu itu menawarkan mungkin pelajaran kaligrafi yang terbaik di negara ini. Di seluruh kampus semua poster, semua label di semua laci, dibuat menggunakan kaligrafi tangan yang bagus. Karena saya telah drop out dan tidak mengambil kelas normal, saya memutuskan untuk mengambil kelas kaligrafi untuk mempelajari caranya. Saya belajar mengenai serif dan san serif, mengenai membuat variasi antara jumlah ruang antara kombinasi karakter, tentang apa yang membuat typography yang bagus. Itu sangat indah, bersejarah, artistik dimana ilmu pengetahuan tidak bisa menangkap, dan saya melihat itu sangat luar biasa.

Tidak ada dalam harapan saya untuk menerapkan ilmu yang saya dapatkan dalam hidup saya. Tapi 10 tahun kemudian, ketika kita mendesain komputer Macintosh yang pertama, semua itu kembali kepada saya. Dan kami mendesain semua ke dalam Mac. Itu adalah komputer pertama dengan typography yang terindah. Jika saya tidak pernah drop out dari universitas, Mac mungkin tidak akan memiliki beberapa jenis font dengan ruang antar font yang proporsional. Dan karena Windows hanya mengcopy Mac, kelihatannya tidak ada PC yang seperti mereka. Jika saya tidak pernah keluar, saya tidak pernah masuk ke dalam kelas kaligrafi ini, dan PC mungkin tidak akan memiliki typography sebagus sekarang. Tentunya sangat tidak mungkin menghubungkan sang titik ke depan pada saat zaman saya di kampus. Tapi itu sangat, sangat jelas ketika kita melihat ke belakang 10 tahun kemudian.

Juga, kamu tidak bisa menghubungkan sang titik dengan melihat ke depan, kamu hanya dapat menghubungkannya saat melihat ke belakang. Jadi kamu harus mempercayai bahwa sang titik akan bagaimanapun juga terhubung di masa depan. Kamu perlu percaya pada sesuatu – keberanian, takdir, hidup, karma, apapun. Pendekatan ini tidak pernah membuat saya mundur, dan itu telah membuat perbedaan dalam hidup saya.

Cerita saya yang kedua adalah tentang cinta dan kehilangan.

Saya sangat beruntung – saya menemukan pekejeraan yang saya cintai di masa muda hidup saya. Woz dan saya memulai Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20. Kami bekerja keras, dan dalam 10 tahun Apple telah berkembang dari sekedar kita berdua di garasi menjadi perusahaan yang bernilai US$ 2 milyar dan 4000 orang karyawan. Kita baru saja meluncurkan hasil karya terbaik – Macintosh – setahun sebelumnya, dan saya baru berumur 30. Lalu kemudian saya dipecat. Bagaimana kamu dapat dipecat oleh perusahaan yang kamu mulai? Yah, sejak Apple berkembang saya menggaji seseorang yang saya pikir sangat berbakat untuk menjalankan perusahaan dengan saya, dan selama satu tahun lebih segalanya berjalan lancar. Namun kemudian visi kami mulai terbagi dan akhirnya kami berpisah. Ketika itu, Board Of Director (pemimpin perusahaan) ada dalam pihaknya. Jadi pada umur 30 saya keluar. Dan benar-benar diumumkan di seluruh dunia. Apa yang telah menjadi fokus dalam kehidupan dewasa saya benar-benar hilang, dan sangat membuat saya putus asa.

Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan di beberapa bulan berikutnya. Saya merasa saya telah membiarkan generasi entrepreneur saya jatuh – padahal peluang itu telah diberikan kepada saya. Saya bertemu David Packard dan Bob Noyce dan mencoba meminta maaf telah merusak banyak hal. saya benar-benar menjadi pecundang, dan bahkan saya berpikir untuk terjun dari tebing. Namun harapan mulai muncul – saya mencintai apa yang saya kerjakan. Kejadian yang terjadi di Apple tidak pernah berubah sedikitpun. Saya telah ditolak, namun saya masih jatuh cinta. Jadi saya memutuskan untuk mulai dari awal.

Saya tidak melihatnya saat itu, tapi ternyata dipecat dari Apple adalah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi pada saya. Kesulitan menjadi sukses ternyata digantikan menjadi kemudahan sebagai seorang pemula lagi, kurang yakin terhadap segala hal. Ini membuat saya bebas untuk memasuki periode yang paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam 5 tahun berikutnya, saya memulai perusahaan yang bernama NeXT, perusahaan lain bernama Pixar, dan jatuh cinta dengan seorang wanita yang kemudian menjadi istri saya. Pixar menjadi yang pertama membuat film dengan animasi komputer di dunia, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi yang paling sukses di dunia. Di kejadian lain yang mengagumkan, Apple membeli NeXT, saya kembali ke Apple, dan semua teknologi yang dikembangkan di NeXT ada dalam hati Apple versi kebangkitannya sekarang. Dan Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa bersama.

Saya sangat yakin, ini semua tidak terjadi jika saya tidak dipecat dari Apple. Itu merupakan obat yang sangat pahit, namun saya rasa semua pasien membutuhkannya. Terkadang hidup menghantam kepala kamu dengan batu bata. Jangan kehilangan kepercayaan. Dan itu sangat diperlukan untuk pekerjaan kamu sama halnya dengan kekasihmu. Pekerjaan kamu akan mengisi bagian besar dalam hidup kamu, dan satu-satunya cara untuk mendapatkan kepuasan yang benar adalah melakukan apa yang kamu percaya adalah pekerjaan besar. Dan satu-satunya cara mengerjakan pekerjaan besar adalah mencintai apa yang kamu kerjakan. Jika kamu belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan berdiam diri. Karena inti dari semua, kamu akan mengetahui ketika kamu menemukannya. Dan, seperti hubungan luar biasa lainnya, itu semua akan semakin baik dan baik ketika tahun bergulir. Jadi teruslah mencari sampai kamu menemukannya. Jangan berdiam diri.

Cerita ketiga saya adalah mengenai kematian.

Ketika saya berumur 17, saya membaca suatu kutipan yang kurang lebih seperti ini : “Jika kamu hidup seakan-akan itu adalah hari terakhir kamu, suatu hari kepercayaan kamu mungkin akan benar.” Itu terekam dalam hidup saya, dan sejak itu, selama 33 tahun, setiap pagi saya selalu melihat di cermin dan bertanya pada diri sendiri : “Jika hari ini adalah hari terakhir dalam hidup saya, akankah saya mengerjakan apa yang ingin saya lakukan hari ini ?” Dan kapanpun jawabannya adalah “Tidak” selama beberapa hari, saya tahu saya perlu merubah sesuatu.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah alat bantu paling penting yang pernah saya jumpai untuk membantu saya membuat pilihan besar dalam hidup. Karena hampir semua – expektasi, semua kebanggan, semua ketakutan terhadap kegagalan dan rasa malu – hal ini akan menjauh di depan kematian, meninggalkan hanya apa yang paling penting. Mengingat bahwa kamu akan segera mati adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan pemikiran bahwa kamu memiliki sesuatu yang akan hilang. Kamu sudah telanjang. Tidak ada alasan untuk mengikuti hatimu sendiri.

Sekita setahun yang lalu saya di diagnoas menderita kanker. Saya di scan 7:30 pagi, dan sangat jelas ada tumor dalam pankreas saya. Saya tidak pernah tahu apa itu pankreas. Dokter mengatakan kepada saya bahwa ini adalah tipe kanker yang tidak bisa disembuhkan, dan saya harus mengharapkan hidup tidak lebih antara tiga atau enam bulan. Dokter saya menyarankan agar saya pulang dan menguruskan masalah yang ada, yang merupakan signal dokter saya harus bersiap untuk mati. Ini berarti untuk mencoba memberitahu anak-anak kamu pelajaran yang akan kamu ajarkan dalam 10 tahun ke depan dalam beberapa bulan. Ini berarti untuk memastikan semua telah diurus agar keluarga kamu dapat menerima lebih mudah. Ini berarti kamu harus mengucapkan selamat tinggal.

Saya hidup dengan semua diagnosa itu sepanjang hari. Di sore itu saya mencoba biospy, dimana mereka memasukan endoskop melalui mulut saya, melalui perut saya dan ke dalam organ dalam, menaruh jarum ke dalam pankreas dan mengambil beberapa sel dari tumor tersebut. Saya memang dibius, tapi istri saya, yang berada di sana, mengatakan ketika dokter melihat sel di dalam mikroskop mereka mulai menangis ketika menyadari bentuk kanker pankreas yang jarang ini termasuk yang dapat disembuhkan melalui operasi. Saya dioperasi dan saya baik-baik saja sekarang.

Ini merupakan yang terdekat saya dengan kematian,dan saya berharap itu yang paling dekat selama beberapa dekade ke depan. Menjalani pengalaman hidup itu, saya hanya dapat berkata ini kepada kamu dengan lebih yakin bahwa kematian pasti berguna meskipun konsep intelektual :

Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang akan pergi ke surga tidak mau mati untuk menuju ke sana. Dan juga kematian adalah tujuan yang akan kita temui. Tidak ada yang pernah lari darinya. Dan memang harus seperti itu, karena Kematian adalah penemuan terbaik dari Kehidupan. Itu adalah agen perubah Kehidupan. Itu membersihkan yang lama untuk memberi jalan pada yang baru. Sekarang yang baru adalah kalian, tapi suatu hari tidak lama dari sekarang, kamu akan diwisuda kemudian menjadi tua dan dibersihkan. Maaf menjadi terlalu dramatis, tapi itu cukup benar.

Waktu kamu terbatas, jadi jangan buang waktu hidup dalam hidup orang lain. Jangan terjebak dalam Dogma – dimana hidup dalam hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan keributan yang dibuat orang lain membuat suara hati kamu mengecil. Dan yang paling penting, miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi kamu. Mereka telah tahu apa yang sebenarnya kamu ingini. Semua hal yang lain adalah nomor dua.

Ketika saya muda, ada satu publikasi yang luar biasa The Whole Earth Catalog, yang merupakan salah satu kitab suci generasi saya. Itu dibuat oleh seorang yang bernama Stewart Brand tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan bawa itu ke dalam kehidupan dengan sentuhan puitisnya. Ini sekitar akhir tahun 1960-an, sebelum PC populer, jadi semua itu dibuat menggunakan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Itu seperti Google hanya dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum Google hadir.

Steward dan timnya memasukan beberapa isu dalam The Whole Earth Catalog, dan ketika semuanya selesai, mereka mengeluarkan terbitan terakhir ke publik. Itu sekitar petengahan 1970an, dan saya waktu itu seumur kalian. Di sampul belakang dari terbitan terakhir ada sebuah foto jalan di pagi hari, sejenis yang kamu temui ketika menjalani petualangan hiking di gunung. Dibawahnya ada kata-kata : “Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh”. Itu merupakan pesan selamat tinggal dari mereka. Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh. Dan saya selalu mengucapkan itu untuk diri sendiri. Dan sekarang, karena kalian generasi baru, saya mengucapkan ini untuk kamu.

Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh.





Quantcast

Jangan Mengeluh

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di

pekarangan sendiri.

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, “Lulu, Lulu.” Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, “Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.”

Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut

melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, “Lulu, Lulu”. “Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?” tanyanya keheranan.

Dokter kemudian menjawab, “Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.”

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki.

Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, “Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”



Quantcast

Bukan karena penampilan

Apakah anda sering mencoba berbagai hal yang berbeda dengan harapan dapat terlihat lebih baik ataupun merasa lebih baik tentang diri anda?

Sebagai contoh, mungkin ada menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk krim, make up, pakaian ataupun perhiasan.

Bukanlah sebuah hal yang buruk bila ingin terlihat lebih baik karena tentu saja dengan begitu dapat membuat diri kita merasa jauh lebih baik mengenai keadaan diri kita, tapi apa yang coba saya terangkan disini adalah bahwa bukanlah tentang kulit luarnya tetapi tentang apa yang tersimpan di dalamnya.

Coba anda bayangkan menerima sebuah kado dengan kertas kado yang cantik dan terbungkus begitu rapi akan tetapi di dalamnya ternyata kosong. Tidak peduli seberapa menariknya suatu paket, tapi apa yang terpenting adalah yang terdapat di dalamnya. Anda mungkin salah seorang yang memiliki kelebihan berat badan (sebagai contoh) dan telah kehilangan harapan untuk mendapatkan apa yang selalu anda inginkan, tapi inilah saatnya untuk anda mencoba bercermin dan melihat jauh ke dalam diri anda, dan yakinlah bahwa diri anda adalah special dan begitu berharga.

Janganlah pernah membiarkan diri anda menjadi budak atas sebuah rasa takut, yakinlah bahwa kita jauh lebih kuat dan tentu saja dapat mengatasi segala ketakutan-ketakutan itu.

Hidupkanlah mimpi anda dan berusahalah untuk mewujudkannya.

Karena tak selamanya ini tentang ‘PENAMPILAN’ tapi lebih kepada ‘ISI’ yang kita punya di dalamnya.





Jalan menuju sukses

Seorang anak muda berbicara dengan gurunya. Ia bertanya, “Guru, bisakah engkau tunjukkan dimana jalan menuju sukses ?”

Uhmm…, Sang guru terdiam sejenak.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, sang guru menunjuk ke arah sebuah jalan.

Anak muda itu segera berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang guru. Ia tak mau membuang-buang waktu lagi untuk meraih kesuksesan.

Setelah beberapa saat melangkah tiba-tiba ia berseru, “Ha! Ini jalan buntu!”

Benar, di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan. Ia terpaku kebingungan, “Barangkali aku salah mengerti maksud sang guru.”

Kembali, Anak muda itu berbalik menemui sang guru untuk bertanya sekali lagi, “Guru, yang manakah jalan menuju sukses.”

Sang guru tetap menunjuk ke arah yang sama. Anak muda itu kembali berjalan ke arah itu lagi. Namun yang ditemuinya tetap saja sebuah tembok yang menutupi. Ia berpikir, ini pasti hanya gurauan. Dan anak muda itupun merasa dipermainkan.

Emosi dan dengan penuh amarah ia menemui sang guru, “Guru, aku sudah menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui adalah sebuah jalan buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah jalan menuju sukses? Kau jangan hanya menunjukkan jari saja, bicaralah!”

Sang guru akhirnya berbicara, “Di situlah jalan menuju sukses. Hanya beberapa langkah saja di balik tembok itu.”

Siapa bilang tembok adalah tujuan akhir?



Busuknya kebencian

Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak ( TK ) mengadakan “permainan”.

Ibu Guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang.

Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa … tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.

Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama orang yang dibenci.

Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.

Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru : “Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?”

Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke manapun mereka pergi.

Guru pun menjelaskan apa arti dari “permainan” yang mereka lakukan.Ibu Guru : “Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.

Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi.

Itu hanya 1 minggu. Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ? Alangkah tidak nyamannya


Alkisah ada seorang yang sangat kaya dan murah hati (dermawan) di Bukhara. Karena memiliki tingkatan yang tinggi dalam hirarki yang tak tampak, dia dikenal sebagai Pemimpin Dunia. Dia telah membuat suatu persyaratan mengenai pemberian dermanya. Setiap hari ia memberi emas kepada satu kategori orang-orang dalam masyarakat –seperti orang sakit, janda, dan sebagainya. Tetapi tidak satu pun diberikan kepada orang yang menuntut (’membuka mulutnya’).

Tidak semua orang dapat bertahan untuk ‘menutup mulut’.

Suatu hari, giliran para pengacara yang mendapatkan bagian mereka untuk menerima hadiah. Salah seorang diantara mereka tidak dapat mengendalikan diri dan meminta lebih banyak.

Tidak satu pun yang diberikan kepadanya.

Bagaimanapun, ini bukan akhir dari usahanya. Hari berikutnya, saat orang-orang cacat dibantu oleh sang Dermawan, maka ia (si Pengacara) berpura-pura bahwa lengannya patah.

Tetapi sang Dermawan mengetahuinya, dan dia pun tidak mendapatkan apa-apa.

Hari berikutnya, ia berpura-pura, dalam samaran lain, ‘menutupi’ wajahnya, sesuai dengan orang-orang dari kategori lain. Namun ia dikenali lagi dan diusir.

Lagi dan lagi, pengacara itu tak henti-hentinya mencoba, bahkan menyamar menjadi seorang perempuan; dan lagi-lagi tanpa hasil.

Akhirnya, pengacara tersebut menemukan seorang penggali kubur dan meminta agar menutup dirinya dengan papan. “Ketika sang Dermawan melewatinya, mungkin ia akan mengira bahwa ini adalah jenazah. Dia mungkin akan melemparkan beberapa keping uang ke ‘kubur’-ku, dan aku akan memberimu sebagian!”

Rencana itu dilaksanakan. Sepotong emas dari tangan sang Dermawan jatuh di atas jenazah. Si pengacara menangkapnya, takut kalau-kalau penggali kubur itu akan mengambilnya lebih dulu. Kemudian ia berbicara pada sang Dermawan; “Engkau telah menolakku atas hadiahmu. Lihat Bagaimana aku mendapatkannya!”

“Tidak ada satu pun yang dapat kau miliki dariku,” jawab sang Dermawan, “hingga engkau mati. Inilah makna dari sebuah ungkapan bijak: ‘Manusia harus mati sebelum kematiannya.’ Hadiah ini datang setelah ‘kematian’ bukan sebelumnya. Dan ‘kematian’ ini, bahkan, tidak mungkin tanpa bantuan.”




Bahagia atau Tidak

John C Maxwell suatu ketika pernah didapuk menjadi seorang pembicara disebuah seminar bersama istrinya. Ia dan istrinya, Margaret, diminta menjadi pembicara pada beberapa sesi secara terpisah. Ketika Maxwell sedang menjadi pembicara, istrinya selalu duduk di barisan terdepan dan mendengarkan seminar suaminya. Sebaliknya, ketika Margaret sedang menjadi pembicara disalah satu sesi, suaminya selalu menemaninya dari bangku paling depan.

Ceritanya, suatu ketika sang istri, Margaret, sedang menjadi pembicara disalah satu sesi seminar tentang kebahagiaan. Seperti biasa, Maxwell duduk dibangku paling depan dan mendengarkan. Dan di akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan.

Yang namanya seminar selalu ada interaksi dua arah daripeserta seminar juga kan ? (Kalau satu arah mah namanya khotbah.) Di sesi tanya jawab itu, setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tangannya untuk bertanya. Ketika diberikan kesempatan, pertanyaan ibu itu seperti ini, “Miss Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia? ”Seluruh ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus.

Dan semua peserta penasaran menunggu jawaban Margaret. Margaret tampak berpikir beberapa saat dan kemudian menjawab, “Tidak. ”Seluruh ruangan langsung terkejut. “Tidak,” katanya sekali lagi, “John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia.” Seisi ruangan langsung menoleh kearah Maxwell. (Kebayang ga malunya Maxwell saat itu.) Dan Maxwell juga menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya ingin cepat-cepat keluar. Maluui!

Kemudian, lanjut Margaret, “John Maxwell adalah seorang suami yang sangat baik. Ia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, main serong. Ia setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani.Tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia.

“Tiba-tiba ada suara bertanya, “Mengapa?” “Karena,” jawabnya, “tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku selain diriku sendiri.”Dengan kata lain, maksud dari Margaret adalah, tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu,hobimu. Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia. Karena yang bisa membuat dirimu bahagia adalah dirimu sendiri.Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kalau kamu sering merasa berkecukupan, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu tidak akan merasa sedih.

Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar. Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu,seberapa cantik istrimu, atau sesukses apa hidupmu.

Ini masalah pilihan: apakah kamu memilih untuk bahagia atau tidak?



Mengejar kekuasaan, kenikmatan dan kekuasaan


Suatu ketika, seorang kaya datang kepada seorang guru yang saleh. Dia bertanya kepada guru tersebut: “guru, gimana caranya agar aku dapat hidup tenang, damai dan aman?” “mengapa anda bertanya demikian?” Bukankah semuanya telah tercukupi bagimu?” tanya sang guru. Meskipun aku kaya, berkuasa, dan beristri banyak, aku tetap selalu merasa haus, ” jawabnya kepada sang guru. “Baiklah, datanglah besok ke tepi pantai tepat pada siang hari, ketika engkau sangat kehausan!” perintah sang guru. Keesokkan harinya, dia mendatangi sang guru yang sedang menantinya di tepi pantai. “Apa yang harus saya lakukan, guru?” “sekarang, masuklah ke laut, dan minumlah air laut!” Dia pun mengikuti perintah sang guru, masuk ke dalam laut dan mulai meminum air laut. Apa yang terjadi? Semakin dia meminumnya, semakin dia merasa kehausan sekali, dahaganya tidak pernah terpuaskan.

Hari itu, ia pulang ke rumahnya sembari membawa pelajaran yang amat berharga bahwa kekayaan, kekuasaan, dan kenikmatan, semakin dikejar semakin membuatnya dahaga…seperti dia mereguk lautan ketika ia sangat kehausan.




Jari dan Masalah


Di sebuah desa, hiduplah seorang pemuda. Usianya belumlah genap 20 tahun. Namun sayang, kehidupannya sangat merana. Selalu saja ada banyak kesulitan yang dihadapinya. Usahanya sering gagal.

Tak banyak yang bisa dilakukannya selain merenungi nasib. Ia bertanya dalam hati, mengapa ada beribu masalah yang selalu ada di sekitarnya.

Suatu ketika, ia mendengar ada seorang bijak yang dapat membantu mengatasi setiap persoalan. Kabarnya, orang tua ini selalu berhasil menolong setiap orang yang datang kepadanya. Sang pemuda pun tertarik untuk datang dan mencari jalan keluar bagi masalah yang di hadapinya. Segera saja di persiapkan bekal untuk melakukan perjalanan menuju ke tempat orang bijak itu berada.

Seharian penuh ia berjalan, hingga sampailah di pinggir hutan. Hari sudah malam, ketika akhirnya ia menemukan rumah yang dicarinya. Setelah mengucapkan salam, masuklah sang pemuda dan bertemu dengan orang yang di harapkan menjadi penolongnya. Mari masuk silahkan duduk, terdengar jawaban dari dalam.

Dengan penuh harap, pemuda itu pun mulai menceritakan masalah yang dihadapinya. Ia berkisah tentang pekerjaannya yang gagal, kawan-kawannya yang memusuhinya, juga semua masalah-masalah lainnya.

Sang orang tua, mendengarkan dengan seksama, bersungguh-sungguh untuk memahami pemuda itu. Setelah beberapa lama, usailah ia menyampaikan semuanya. Lalu, apa yang harus aku lakukan, tanya pemuda, apa yang sebenarnya aku hadapi, dan apa masalahku??

Anak muda, maaf, aku tak bisa sepenuhnya menolongmu. Aku hanya bisa menunjukkanmu suatu hal. Orangtua itu kemudian menuju jendela, dan membukanya lebar-lebat. Di luar sana, tampak langit yang gelap gulita. Lalu, diacungkannya jari telunjuk, seperti menunjuk ke atas, ke arah jendela itu. Nak, lihatlah jari telunjukku, ada berapa jari yang kau lihat?

Pemuda itu segera menjawab, tentu saja, hanya ada satu!?. Kemudian, orangtua itu

berpindah, sambil menutup jendela, dan mengacungkan telunjukknya ke arah dinding. Ia lalu bertanya, Sekarang, ada berapa jari yang kau lihat?? Sang pemuda, tampak memicingkan mata. Tampaklah tangan dan jari telunjuk yang teracung, dengan latar belakang dinding yang putih. Ada bayang-bayang yang tampak disana.

Lihatlah lebih jelas, jatuhkan pandanganmu ke belakang, ada berapa jari yang kau lihat.? Sebentar, aku melihat,? ada satu?.eh, dua jari yang ku lihat.? Bagaimana ini bisa terjadi? Ternyata, dinding yang putih, memberikan nuansa yang berbeda dalam pantulan benda.

Ada fenomena lain yang membuat jari itu tampak tak seperti aslinya.?

Anak muda, itu hanya nuansa bayangan dari jari ku saja. Setiap benda akan terlihat berbayang ganda jika diletakkan pada dasar yang putih. Engkau pun akan melihatnya ganda jika melayangkan pandanganmu jauh ke belakangnya, dan tidak terpaku pada benda itu saja. Dan sama halnya dengan semua masalahmu.

Sesungguhnya, dalam setiap masalah, kadang, bukan pemecahanlah yang harus kita cari. Tapi, kemampuan untuk melihat masalah itulah yang kita perlukan. Kadang kita sering terpaku hanya pada masalah itu-itu saja, tanpa pernah membiarkan kita melihat sisi lainnya.

Cobalah layangkan pandanganmu ke belakang, pada jarak yang berbeda pada setiap masalah, engkau akan menemukan bukan hanya satu, tapi dua atau tiga hal yang terlihat. Anggaplah jari telunjukku sebagai semua masalahmu. Dan dinding itu sebagai pikiranmu. Maka, engkau akan dapat melihat sosok suatu masalah, dengan jelas, pada dinding yang putih, pada pikiran yang jernih. Engkau akan mampu melihat dengan lebih jelas apa yang kau hadapi pada pikiran yang tenang, bukan pada latar yang gelap dan penuh amarah.

Tataplah semua masalahmu itu dalam pandangan jernih, tenang, dan bersih. Teliti setiap sisi persoalan hidupmu, dengan hati yang suci. Susuri dan pahami setiap aral di depanmu, tidak dengan pandangan yang gelap gulita.

Pahami dan maknai semuanya. Saat engkau memahami apa yang sedang kau hadapi, maka engkau akan mudah mengatasinya. Setiap persoalan, mungkin terlihat seperti satu hal saja, namun sesungguhnya hal itu mempunyai sisi lain yang tak terungkap, hingga kita mampu melihatnya dengan pandangan yang jernih.

***

Teman, bisa jadi kita mau mencoba hal ini. Acungkanlah jari kita ke dinding yang putih.

Pandanglah, dengan tatapan jauh ke belakang jari itu. Kita akan menemukan ada pantulan yang berbeda dari jari-jari kita. Kita akan melihat, tak hanya ada satu jari yang terlihat, tapi dua, atau bahkan lebih. Mungkin dalam teori optis, kita akan menemukan penjelasan yang ilmiah dan akademis.

Namun fenomena ini akan mengajarkan kita satu hal:

Suatu masalah, kadang akan tampak lebih jelas kita menatapnya dengan pandangan jernih dan jauh ke belakang.

Allah memang Maha Pencipta. Allah selalu memberikan hikmah dan pelajaran dari setiap apapun yang diciptakan-Nya. Tak terkecuali lewat jari dan pandangan tadi.

Kemampuan kita untuk melihat suatu masalah, akan sangat membantu kita dalam memecahkan masalah itu. Walau kadang, pemecahan masalah itu, adalah berupa kemampuan kita untuk melihat masalah dengan lebih jernih dan tenang. Serta dengan memahami, apa sebenarnya masalah yang kita hadapi itu



Kejujuran Dan Keberanian

Seorang raja yang memasuki usia senja ingin mencari penggantinya. Berbeda dengan kebiasaan, ia tak menunjuk anak-anak maupun pembantu terdekatnya. Ia justru memanggil para pemuda di negeri itu dan berpidato di hadapan mereka. “Aku akan mengadakan sayembara. Kalian semua akan mendapatkan sebuah biji. Tanamlah biji ini, rawatlah, dan kembalilah setahun lagi dengan tanaman kalian masing-masing. Bagi yang memiliki tanaman terbaik akan langsung kutunjuk menjadi raja menggantikanku!”

Seorang pemuda bernama Badu terlihat amat antusias. Ia menanam biji itu, dan menyiraminya tiap hari. Tapi sampai sebulan berlalu belum tumbuh apa-apa. Setelah 6 bulan, para pemuda mulai membicarakan tanaman mereka yang tumbuh tinggi, namun pot Badu masih kosong. Badu tak mengatakan apapun pada teman-temannya. Ia tetap menunggu bijinya tumbuh.

Setahun berlalu. Semua pemuda membawa tanamannya kepada raja. Semula Badu enggan, namun ibunya mendorongnya pergi dan berbicara apa adanya. Raja menyambut para pemuda seraya memuji tanaman yang mereka bawa.

“Kerja kalian luar biasa. Tanaman kalian bukan main indahnya. Aku akan menunjuk seorang dari kalian menjadi raja yang baru!”

Tiba-tiba raja yang melihat Badu berdiri di belakang memanggilnya. Badu panik, “Jangan-jangan aku akan dibunuh,” pikirnya. Suasana kontan ricuh dengan ejekan dan cemoohan hadirin menyaksikan potnya yang kosong. “Diam semuanya!” teriak raja. Ia menoleh pada Badu, kemudian mengumumkan, “Inilah raja kalian yang baru!” Semua terkejut.

Bagaimana mungkin orang yang gagal yang menjadi raja? Raja melanjutkan, “Setahun yang lalu, aku memberi kalian sebuah biji untuk ditanam. Tapi yang kuberikan adalah biji yang sudah dimasak dan tak dapat tumbuh. Kalian semua telah menggantinya dengan biji yang lain. Hanya Badu yang memiliki KEJUJURAN dan KEBERANIAN untuk membawa pot

dengan biji yang kuberikan. Karena itu dialah yang kuangkat menggantikanku!

Ada 2 kata penting yang dapat diambil dari cerita di atas. Pertama, kejujuran. Inilah dasar perilaku seseorang. Di jaman Nabi, ada seorang yang bertobat dan ingin menata dirinya. Tips nabi sederhana saja: “Jangan Bohong!” Orang ini senang karena Nabi tak melarang hal-hal yang lain. “Kalau cuma jangan bohong sih mudah,” pikirnya. Maka ia pun

melakukan apa yang biasa dilakukannya.

Ia mau mencuri, tapi berpikir, “Bagaimana kalau tetanggaku menanyakan asal-usul hartaku ini?” Iapun membatalkan niatnya. Ia ingin berselingkuh, tapi berpikir, “Bagaimana kalau nanti keluargaku menanyakan kemana aku pergi?” Lagi-lagi ia mengurungkan niatnya. Begitulah seterusnya. Setiap ingin melakukan maksiat ia kontan membatalkannya.

Jadi kejujuran akan membawa perubahan mendasar pada diri seseorang. Tapi tanpa keberanian, kejujuran takkan membawa perubahan bagi orang banyak. Kejujuran hanya menghasilkan pengikut (follower) bukan pemimpin. Untuk bisa merubah masyarakat dibutuhkan keberanian. Masalahnya, dari manakah datangnya keberanian? Keberanian datang kalau kita mampu menaklukkan rasa takut. Rasa takut inilah sumber segala macam kejahatan di dunia ini. Contohnya, perasaan marah. Sebenarnya, hanya jika Anda merasa takutlah Anda akan marah. Coba renungkan kapan terakhir kali Anda marah. Teruskan renungan Anda. Telusurilah rasa takut yang tersembunyi di balik kemarahan Anda. Apa yang Anda takutkan hilang dan direnggut dari diri Anda? Ketakutan itulah yang membuat Anda marah.

Rasa takut yang ada menunjukkan bahwa kita belum mandiri. Kebahagiaan dan rasa aman kita masih bersumber pada sesuatu di luar diri kita!



Kisah seorang anak kecil mengenai arti kasih


Sekitar tahun lalu, saya melayani seorang anak kecil berumur 5 tahun untuk mengisi libur musim panas sebagai Babysitter. Dan masa itu adalah pekerjaan musim panas yang paling berkesan ! Maddie dan saya selalu berjalan jalan di taman setiap hari setelah makan siang. Maddie suka bermain ayunan dan perosotan di taman itu. Walaupun masih kecil, Maddie mempunyai hati yang baik, dan dia selalu membuat saya terkejut pada kasihya terhadap orang lain. Kedua orang tuanya pun juga sama – Selalu ada damai sejahtera diantara mereka. Saya selalu bertanya, mengapa mereka sangat berbeda dari orang orang lain?

Suatu hari di taman itu, saya sedang mendorong Maddie yang bermain ayunan, dan kami mendengar banyak anak anak kecil tertawa. Kami melihat ada sekelompok anak anak yang berkumpul di sebuah tempat di taman itu.

Maddie menyetop ayunannya, dan ingin pergi kesana untuk melihat apa yang sedang mereka tertawakan.

Kami berjalan, dan seorang anak laki-laki lari menuju Maddie dan mengatakan, “Ayo ke sini dan lihat orang perempuan aneh ini! Ia kotor dan berbau, menangis lagi!”

Maddie mendorong anak laki laki itu, dan menuju ke seorang wanita yang sedang duduk di tanah.

Wanita itu kelihatannya berumur sekitar 50 tahun, walaupun kemungkinan umurnya lebih muda. Karena terlihat kehidupannya sangat susah, dan anak laki-laki itu benar, orang itu berbau dan kotor. Suatu hal yang akan ku pikir akan kulakukan adalah memegang Maddie dan menyingkirkannya dari orang itu.

Ketika saya mencarinya, ternyata Maddie sudah duduk di samping wanita itu, dan memegang tangan orang itu. Orang itu melihat kepada Maddie dan tersenyum. Untuk beberapa detik lamanya orang itu rasanya tidak lagi berbau dan kotor, dia cantik!! Anak-anak yang lain akhirnya meninggalkan orang itu, dan Maddie memeluk orang itu, lalu Maddie meninggalkannya.

Di sepanjang jalan, Maddie menggumamkan sebuah nyanyian, dan berlompat-lompat kecil, sesuai kebiasaannya. Ia gembira, sepertinya tidak memikirkan kesusahan. Saya menunggu Maddie mengatakan sesuatu tentang wanita itu, tetapi ia tidak mengatakan sepatah katapun.

Akhirnya ketika sampai di rumah, saya tidak tahan lagi. Saya menghampiri Maddie dan berkata, “Mengapa kamu lakukan itu?”

Maddie bertanya balik, “Melakukan apa Julie ?” dan saya jawab, “Mengapa kamu memegang tangan dan memeluk orang itu sedangkan anak anak lain menertawainya dan menakut-nakutinya?”

Maddie menatap saya dan berkata, “Julie, Yesus tidak akan memperlakukan wanita itu seperti itu. Setiap orang menertawakan dan memperlakukan Yesus seperti apa yang mereka perbuat, tapi apa yang Yesus telah perbuat ! Dia sudah mati untuk kita di kayu salib.

Setiap kali saya melihat seseorang dipermalukan seperti itu, saya selalu pergi menemuinya, memeluk mereka, dan mengatakan bahwa Yesus mencintai mereka, hal itu selalu membuat mereka merasa menjadi lebih baik.

Saya yang berumur 23 tahun, seharusnya lebih pintar ! Tetapi anak berumur 5 tahun ini mengetahui lebih banyak daripada saya. Dan itulah Maddie !

Yesus, datang ke dunia yang kotor dan dingin ini, ditertawakan, diludahi, tetapi Dia mati untuk kita.

Saya berubah mulai hari itu, dunia terlihat berbeda, dan hal itu dikarenakan seorang anak perempuan kecil berumur 5 tahun yang telah memperlihatkan apa arti sebenarnya Kasih.



jangan menunda sesuatu

Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia selalu mengangap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain, menggangu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain adalah kesukaannya. Ketika ia menyadari kesalahannya dan mau minta maaf,dia selalu berkata, “Tidak apa-apa, besok kan bisa.” Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu wajar- wajar aja.

Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap semua sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya. Alasannya, “Tidak apa-apa, besok kan bisa.” Ketika dia agak besar, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia masih sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak pernah saling tegur. Tapi itu bukanlah masalah, karena dia masih punya banyak teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, main, kerjakan PR, dan jalan-jalan. Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik.

Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia ketemu seorang cewek yang sangat cantik dan baik. Cewek ini kemudian menjadi pacarnya. Dia begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan lewat telepon. Dia selalu berkata, “Ah, aku capek, besok saja aku hubungin mereka.” Ini tidak terlalu mengganggu Dia karena dia punya teman-teman sekerja selalu mau diajak keluar.Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelepon teman-temannya.

Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja lebih keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk istrinya, atau pun mengingat hari ulang tahun istrinya dan juga hari pernikahan mereka. Itu tidak masalah baginya, karena istrinya selalu mengerti dia, dan tidak pernah menyalahkannya.

Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya kesempatan untuk mengatakan pada istrinya “Aku cinta kamu”, tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasannya, “Tidak apa-apa, saya pasti besok akan mengatakannya. ” Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan perpengaruh pada anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya, dan tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya.

Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas dalam kecelakaan, istrinya ditabrak lari. Ketika kejadian itu terjadi, dia sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal, dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum sempat berkata “Aku cintakamu”, istrinya telah meninggal dunia. Laki- laki itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak- anaknya setelah kematian istrinya. Tapi, dia baru sadar bahwa anak anaknya tidak pernah mau berkomunikasi dengannya. Segera, anak- anaknya dewasa dan membangun keluarganya masing-masing. Tidak ada yang peduli dengan orang tua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka.

Saat mulai renta, Dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan uang yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60, dan 70. Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi ke Hawaii, New Zealand,dan negara-negara lain bersama istrinya, tapi kini dipakainya untuk membayar biaya tinggal di rumah Jompo tersebut. Sejak itu sampai dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya.Dia kini merasa sangat kesepian, perasaan yang Tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata kepadanya, “Ah, andai saja aku menyadari ini dari dulu….” Kemudian perlahan ia menghembuskan napas terakhir, Dia meninggal dunia dengan airmata dipipinya.

Apa yang saya ingin coba katakan pada anda, waktu itu nggak pernah berhenti. Anda terus maju dan maju, sebelum benar-benar menyadari, anda ternyata telah maju terlalu jauh.

Jika kamu pernah bertengkar, segera berbaikanlah! Jika kamu merasa ingin mendengar suara teman kamu, jangan ragu- ragu untuk meneleponnya segera.

Terakhir, tapi ini yang paling penting, jika kamu merasa kamu ingin bilang sama seseorang bahwa kamu sayang dan cinta dia, jangan tunggu sampai terlambat. Jika kamu terus pikir bahwa kamu lain hari baru akan memberitahu dia, hari ini tidak pernah akan datang.

Jika kamu selalu pikir bahwa besok akan datang, maka “besok” akan pergi begitu cepatnya hingga kamu baru sadar bahwa waktu telah meninggalkanmu.



Orang penting : Yang berhasil Membuat orang lain sukses


Alkisah, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari

Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.

“Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?”

tanya si pemuda.

“Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua”,

jawab ibu itu.

“Wouw… hebat sekali putra ibu”

pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung.. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.

“Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu?? Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”

“Oh ya tentu”

si Ibu bercerita :

“Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.”

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan

sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.

“Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??”

Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab,

”anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

Pemuda itu segera menyahut,

“Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani ???”

….Dengan tersenyum ibu itu menjawab,

“Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”



Kisah Orang Tua BijakQuantcast

Kisah Orang Tua Bijak

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.

Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak : “Kuda ini bukan kuda bagi saya”,

katanya : “Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual

seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?” Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. “Orang tua bodoh”, mereka mengejek dia : “Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin… Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu

berharga ? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan”.

Orang tua itu menjawab : “Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?”. Orang-orang desa itu protes : “Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah

kutukan”.

Orang tua itu berbicara lagi : “Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?”

Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang

ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan : “Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami”.

Jawab orang itu : “Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini

adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasar! kan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu”.

“Barangkali orang tua itu benar,” mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda

liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. “Kamu benar”, kata mereka : “Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu… Sekarang kamu lebih miskin lagi.

Orang tua itu berbicara lagi : “Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang

sepotong-sepotong”.Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia

terluka.

Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. “Kamu benar, orang tua”, mereka menangis : “Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya”.

Orang tua itu berbicara lagi : “Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu”.

Moral cerita :

Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan.

Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.